Leptospirosis, merupakan penyakit pada hewan dan manusia akibat infeksi bakteri spirochaeta dari genus leptospira. Dikenal 18 srogrup yang patogen dari leptospira berdasarkan uji aglutinasi mikroskopis (UAM) dan hampir sebagian besar serogroupberada di Indonesia. Leptospirosis dapat berbentuk infeksi sub klinis atau demam ringan yang dapat menyebabkan keguguran pada hewan bunting, sampai hepatitis dan neprhitis yang berat yang menyebabkan kematian karena kerusakan hati dan ginjal.
Penyakit ini erat kaitannya dengan kesehatan dan kebersihan lingkungandan berdampak pula pada peternakan, karena penyakit ini berakibat fatal pada ternak (dan juga manusia) kalau penanganannya terlambat.
Etiologi
leptospira adalah bakteri berbentuk filamen dengan panjang 6-20 mikron, diameter 0,1-0,2 mikron. Leptospira dapat bertahan dalam air tawar selama kurang lebih sebulan dan jenis ini tidak tahan terhadap kondisi lingkungan yang asam.
Penyebaran
Penyebarannya terganung pada keadaan luar yang tertentu yakni penyebaran utama yang terjadi melalui air dan lumpur. Hewan penyebar sepertitikus, kelelawar, serigala, racoon, dan kucing liar bertindak sebagai sumber penularan leptospirosis. Hewan yang peka terhadap leptospirosisadalah lembu, babi, anjing, domba, kambing, kuda dan hewan rodensia lainnya.
Cara penularan
Secara alamiah hewan carier leptospirosis adalah rodensia. Sedangkan anjing dan babi berfungsi sebagai pembawa yang potensial. Infeksi terjadi lewat kulit yang luka atau lewat selaput lendir mata, hidung, dan saluran pernafasan. Percikan akibat pancaran air kemih di atas alas kandang yang keras dapat menyebabkan infeksi melalui pernafasan. Infeksi lewat kulit dengan mudah bila hewan atau manusia mandi dalam air yang tercemar leptospira. Hal ini kemungkinan besar terjadi di daerah-daerah yang terjadi banjir yang airnya bercampur dengan kotoran dan urin tikus yang terkena leptospirosis.
Pencegahan leptospirosis tergantung dari pengetahuan tentang kebiasaan dan ciri-ciri hewan pembawa, cara-cara penularan dan populasi hewan yang rentan. Salah satu cara pengendalian yang ideal adalah menyingkirkan hewan pembawa leptospira terutama rodensia liar. Dan juga perlu diadakan pemusnahan terhadap hewan ternak yang positif terkena leptospirosis. Leptospirosis dapat dicegah secara efektif dengan vaksinasi (untuk hewan sedangkan untuk manusia sampai saat ini belum ditemukan). Tindakan vaksinasi dibarengi dengan tindakan sanitasi dan pengobatannya dengan antibiotik berspektrum luas (penisilin, streptomisin dan oxsytetrasiklin).
Hewan penderita leptospirosis idakdianjurkan untuk dipotong karena leptospirosis merupakan zoonosis yang kemungkinan besar bisa menular kepada pekerja rumah Potong Hewan (RPH) pada saat pemotongan dan kemungkinan tertularnya pada hewan lain. Ada beberapa pekerjaan yang rentan terhadap penyakit ini yaitu para pekerja selokan yang secara langsung berinteraksi dengan sarang atau kotoran tikus dan juga para pekerja tambang, dokter hewan praktek dan mantri hewan yang menangani kasus hewan yang terkena leptospirosis serta bisa juga para peternak.
sumber:
*Wikipedia-Indonesia
*Vet-indo.com
*Drh.Eka DS
Tinggalkan Pesan, Kritik, Saran & Salam Anda :
Wednesday, December 24, 2008
Leptospirosis (Bag.1)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment